Demi like :) |
" Tenar di sosial media, apalagi karena sensasi itu ibarat kaya raya di permainan monopoli."
Kutipan itu pernah aku baca di salah satu media sosial, setelah kupikirkan dan kurenungkan ya iya juga sih. Hmmm... mungkin kecuali bagi mereka yang mampu memonetisasi ketenarannya sehingga menghasilkan pundi-pundi harta di dunia nyata ya. Namun kebanyakan yang terjadi justru sebaliknya, pundi-pundi tabungan di dunia nyata tergerus karena ingin mendapatkan puja puji di dunia maya.
Sosial media tak bisa dipungkiri sangat membuka mata kita terhadap keadaan dunia di belahan bumi lain, terutama bagi mereka yang malas membaca. Dulu mungkin kita tak tahu bagaimana penampakan tas hermes, isi jet pribadi, kehidupan sehari-hari artis idola, dan banyak hal lainnya. Kini segala sesuatu itu begitu mudah kita akses dalam sosial media, yang kadang bukannya membuat kita lebih termotivasi bekerja namun justru membuat kita terobsesi untuk mendapat pengakuan yang sama. Kebahagiaan kita mulai bergeser menjadi banyaknya angka likes, comment, friends, follower, retweet, share, viewer, subscriber dan seterusnya. Kita mulai kecanduan,mulai menggunakan segala cara untuk mendapatkannya dan merasa sedih ketika kita tak mendapatkannya. Sedih ketika tak ada yang tertarik dan memperhatikan konten kita.
Dulu, aku pun menjadi budak sosmed. Apa-apa dikit update, libur dikit traveling buat cari konten, berantem dikit curhat di twitter, galau dikit tulis status di facebook dan seterusnya. Ya sebenernya nggak apa-apa sih itu kan sosial media kamu, terserah juga sebenernya mau posting apa. Yang perlu diperhatikan adalah ketika kamu mulai terjebak ilusi, mulai terobsesi dengan like, comment dan subscribe, mulai menghalalkan segala cara untuk mendapat pengakuan di dunia maya, mulai menipu dirimu sendiri, mulai berpura-pura menjadi apa yang bukan dirimu dan memiliki apa yang tak bisa kau genggam di dunia nyata.
Nggak sedikit orang yang kehidupan di dunia nyatanya berbeda 180 derajat dengan feed dunia mayanya. Feed instagram rapi dan bahagia dengan foto liburan terbaru di Hawaii sementara di dunia nyata sembunyi dari kejaran debt collector karena kartu kredit cicilannya sudah nunggak 6 bulan. Pasang whatsapp story dengan berbagai belanjaan mewah tapi di dunia nyata harus makan nasi sama garam karena uang tabungan sudah ludes, posting hahahihi sama teman di facebook tapi di dunia nyata kesepian karena tak pernah mau sejenak memperhatikan keadaan di sekitar dan berteman dengan manusia real, dan banyak lagi contoh budak-budak sosmed lain.
Akhir-akhir ini aku sendiri mulai jengah menjadi budak sosmed, aku mulai merasa overhelm dengan derasnya arus informasi di sosial media. Meski sesekali update namun sekarang aku lebih mengedepankan apakah postinganku akan bermanfaat atau tidak bukannya apakah postinganku akan mendapat like banyak atau tidak. Sedikit demi sedikit aku juga mulai membatasi supaya kehidupan pribadiku tidak terlalu banyak aku share, yah... walaupun tetep kadangkala rasa ingin pamer dan curhat colongan di sosial media tetap ada. Namanya juga wanita kan pemirsaaaaaaah~
Semenjak berusaha mengurangi aktivitas di sosial media, mulai berdamai dengan jumlah viewers blog dan like postingan di instagram aku sendiri merasa lebih calm dan damai. Hasrat untuk apa-apa share dan posting pun mulai berkurang, ajaibnya keinginan untuk hidup hedon pun berkurang juga. Aku merasa tak perlu lagi mendpat pengakuan dari siapa-siapa, tak perlu lagi menarik perhatian siapa-siapa, mungkin aku telah menerima dan mengakui diriku sendiri. Yah... mungkin saja.
Kamu sendiri, budak sosmed atau bukan?
0 komentar:
Post a Comment
Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)