Photo by Suzy Hazelwood from Pexels |
Adulting is really hard lately.
Menjelang usia 30 tahun dan sudah berstatus orang tua tak juga membuat kita sebanding dengan orang tua kita sendiri. Sebanding disini maksudnya dalam membahas masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga, entah bagaimana we will always be their little kids. Orang tua cenderung tetap ingin terlihat sempurna tanpa cela, selalu mengambil keputusan yang tepat dan benar dalam segala hal dan tak ingin kehilangan powernya sebagai orangtua. No they dont, karena toh apapun yang mereka lakukan kita semestinya tetap menghormati mereka. Tanpa mereka, kita tak ada di dunia ini, right?
Hanya saja seiring bertambahnya usia mereka dan berkembangnya jaman, mau tak mau sebagai anak peran kita mulai sedikit berbalik. Kadang kitalah yang perlu sedikit 'mengasuh' mereka, merawat ketika mereka sakit, mengingatkan ketika mereka mengambil keputusan yang kurang bijaksana dan tentu saja membantu secara financial ketika mereka memasuki usia senja namun tak memiliki persiapan cukup untuk menghadapi masa tuanya. Sayangnya tidak semudah itu esmeralda, karena di mata orangtua kita seperti tak pernah dewasa maka dalam hal menerima masukan maupun bantuan dari anaknya mereka cenderung susah menerima. Coba disini yang orangtuanya mudah diberi masukan angkat tangan?!!!
Di sisi lain, kita sedang asyik membangun keluarga kita sendiri. Bersusah payah bekerja demi keluarga inti atau kehidupan kita sendiri. Berusaha bekerja siang malam demi mewujudkan mimpi-mimpi kita yang sepertinya makin menjauh karena tenaga dan pikiran kita terbagi dua : Memikirkan diri kita beserta keluarga inti kita (pasangan kita & anak kita) serta memikirkan keluarga orangtua kita. Kadang kita ingin berhenti dan menutup mata sebab kita sendiri punya masalah dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun apa kita siap dengan judgement anak durhaka yang tak mau membantu orangtua dan saudara-saudaranya? akhirnya kita bekerja lebih giat lagi, membagi waktu lebih baik lagi demi menjaga keseimbangan antara hidup kita dan hidup mereka.
Itulah kita sandwich generation, generasi yang harus mengayomi dua kehidupan secara beriringan.
Kebetulan aku dan suami adalah anak pertama, jadi sejak dulu kala kami sudah paham bahwa kelak akan ada masanya segala tanggung jawab di bebankan kepada kami. Sebagai manusia biasa yang hatinya tak sebening malaikat kadang rasanya gemas juga. Misalnya saja ketika mau traveling, itu harus mikir seribu kali karena rasanya nggak etis mau jalan-jalan sementara orangtua sedang membutuhkan bantuan kita. Dalam salah satu sesi curhat, salah seorang teman berkata bahwa semestinya dia bisa menabung sekian jika saja dia tidak perlu memberi jatah orang tuanya sekian rupiah tiap bulan. Dia tak merasa keberatan dengan hal itu karena merasa itulah balas budi yang bisa dia berikan untuk kedua orangtuanya, namun disisi lain dia juga terlihat tidak bahagia.
Well, sebenarnya tak ada masalah dalam hal bantuin orangtua karena mereka jugalah yang merawat kita hingga kita bisa menjadi seperti sekarang. Namun posisi sebagai sandwich generation ini sebaiknya membuat kita lebih baik lagi dalam merencanakan keuangan. Minimal pastikan orang tua kita memiliki asuransi kesehatan, hal ini akan cukup membantu bila nanti orangtua kita jatuh sakit. Sebaiknya kita juga mulai mengatur dana pensiun kita, dana pendidikan anak dan dana darurat dengan baik sehingga anak kita kelak tak menjadi generasi sandwich berikutnya.
Yeah meski aku ikhlas luar dalam dan rela bekerja lebih giat dan hidup hemat demi bisa manjadi sandwich generation yang baik dan menjaga hidup ini tetap seimbang tapi aku tidak akan pernah membiarkan anak-anakku mengalami hal yang sama. Kelak ketika aku beranjak tua aku tak mau Keira harus pusing mikirin orangtua dan saudra-saudaranya. Kelak ketika memasuki usia pensiun, aku harap tak ada yang perlu mengasuh kami. Biarlah anak-anak mengejar mimpi mereka, membangun keluarga mereka dengan tenang, dan kami sebagai orangtua hanya akan melihat dari jauh sambil bergandengan tangan. ( Dari jauh soalnya kami sedang keliling dunia *halu detected*)
Aku tahu di luar sana banyak yang memiliki posisi yang sama dengan kami, ada yang berbakti dengan ikhlas namun tak sedikit yang melakukannya dengan terpaksa. Melalui tulisan ini aku ingin bilang kalau kalian nggak sendirian!! Dan sebaiknya kita menghentikan siklus ini hanya sampai generasi kita. Yuk atur keuangan lebih baik lagi (baca soal budgeting disini ), kerja lebih giat lagi dan bersyukur lebih banyak lagi. Bila tujuannya baik, aku percaya Tuhan akan beri jalan kok.
Salam sandwich generation!!!
0 komentar:
Post a Comment
Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)