Photo by Artem Beliaikin from Pexels |
Biasanya
menjelang akhir tahun aku ngecekin Goodreads buat lihat nominasi buku tahun itu
sekalian ngecek berapa jumlah buku yang aku baca. Langsung kaget waktu
menyadari bahwa tahun ini aku baru membaca 7 buah buku saja! Padahal biasanya
dalam setahun minimal aku baca 20 buah buku. Huwaaaa…. Sebegitu sibukkah aku
sampai nggak sempat baca buku? Padahal jika dipikir-pikir kayaknya jadi ibu
rumah tangga itu waktu senggangnya banyak. Tapi kok malah nggak pernah baca
buku? Apakah aku terlalu banyak rebahan dan secroll sana sini ???? Maka
kubisikkan niat dalam hati : baiklah
mulai besok pagi aku akan baca buku lagi!
Paginya aku
bangun lebih pagi lalu ku seduh secangkir kopi. Sambil duduk di meja makan aku
nyalakan Nookku, baru saja aku membaca satu lembar Keira berteriak dari kamar,
dia minta dibuatkan susu sambil dikelonin lagi. Ketika akhirnya Keira sudah
tenang, jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Baiklah aktivitas pagi sudah
harus mulai, waktunya masak, siapin Keira ke sekolah, antar Keira kesekolah,
temenin Keira main, ngelonin Keira tidur siang, lanjut ngurusin Youtube, lanjut
mandiin Keira, lanjut mencuci dan beresin rumah. Malamnya menjelang tidur aku
menyadari kalau ereaderku masih anteng di atas meja makan, tak tersentuh. Oh,
gagal sudah rencana baca bukuku.
Begitulah,
ternyata sejak menjadi ibu rumah tangga aku malah cenderung tidak punya waktu
untuk diriku. Terlalu sibuk menemani tumbuh kembang anak dan memastikan baju
suami tersetrika rapi malah pada akhirnya membuatku lupa untuk memberi waktu
bagi diri sendiri. Beruntung ada Goodreads yang mengingatkanku betapa selama
ini aku sudah “abai” pada diriku. Padahal konon setiap hari kita berhutang 1
jam pada diri sendiri untuk melakukan me time, cuma 1 jam dari 24 jam sebagai bentuk ucapan terima kasih pada diri
atas kerja keras yang sudah kita lakukan.
Make time
for yourself, guampang banget diucapin tapi susah dijalanin. Gimana mau me
time kalau cucian segambreng?? Gimana mau baca buku kalau rumah kayak kapal
pecah? Gimana mau maskeran cantik kalau anaknya ngajak nari hula-hula? Well… to
be honest its really challenging for me to have a me time moment. Awalnya ku
abaikan saja, nggak apalah yang penting rumah rapi, pakaian bersih, anak dan
suami bahagia. Namun ternyata ada sisi gelap diujung hati yang memberontak,
makin lama makin besar dan akhirnya meledak, DHUARRR!!! Aku jadi uring-uringan,
emosional, suka sebel kalo habis beberes eh 5 detik kemudian udah berantakan
lagi, suka iri kalau suami capacity building atau ada acara kantor kemana gitu.
AKU JUGA MAUUUUUU!! AKU BOSAAAAN DI RUMAH!! Pada akhirnya aku merasa tidak
bahagia, dan ketika ibu tidak bahagia no one else would. Aku mulai
menganggap ini adalah masalah serius, harus mulai diperhatikan dan ditangani
dengan baik. Jadi bagi ibu di luar sana yang merasa sedih tanpa sebab, merasa
butuh piknik dan hawanya emosional terus kayak aku mungkin kita sama : Butuh
waktu rehat sejenak, entah itu 1 jam/ hari, dua kali seminggu atau satu kali
seminggu. Entah itu sekedar maskeran, baca buku atau malah jalan-jalan dengan
teman. Tentunya kita butuh strategi supaya bisa me time dengan tenang, kali ini
aku bisikin strategi me time ala aku, siapa tahu bisa bermanfaat ya !
1.
Komunikasikan dengan suami
Suami adalah
partner dan sahabat yang sudah berjanji akan bersama dalam suka dan duka, jadi
semestinya kalau memang butuh rehat ya jujur saja. Dulu aku sempat sungkan sih,
karena merasa suami sudah kerja keras bagai lebah untuk mencukupi kebutuhan
hidup kami masak masih harus dicurhatin kalau istrinya butuh istirahat sejenak.
Tapi ku pikir-pikir, aku ini kan juga sudah bekerja keras bagai bidadai untuk
memastikan Keira terawat dengan baik, rumah layak dihuni, baju bersih, rapi dan
wangi plus memastikan keluarga bisa makan tanpa jajan di warteg. Jadi kalau
suami aja dapat waktu istirahat sejam di kantornya kenapa aku enggak?? Dari
situ aku mulai bilang kalau aku butuh waktu minimal sejam buat doing
something that I love, dan minta suami ngawasin Keira. Aku tambahin alasan
lain supaya suami jadi semangat ngawasin Keira, “Supaya ayah punya bonding dan
dekat juga sama anaknya, memangnya mau selamanya Keira cuma dekat sama ibunya?”
Lumayanlah, sekarang setiap sore aku punya waktu antara 30 menit - 1 jam, bebas
mau ngapain aja. Biasanya sih aku pakai buat nonton Netflix atau buka buka
sosial media. Thank you Husband!
2.
Sediakan waktu
Kalau nurutin kerjaan, pekerjaan rumah tangga itu jebulane
nggak ada habisnya. Adaaaaa terus yang dikerjain. Jadi kalau mau me time memang
haus banget disediakan waktu khusus dan saat itu harus merem aja lihat mainan
berserakan, toh nanti kalau me time sudah selesai kan bisa dikerjakan lagi. Aku
sendiri berusaha bangun minimal 30 menit sebelum jam aktivitas rumah tangga
dimulai, waktu pagi ini biasanya aku pakai untuk meditasi, journaling, renungan
pagi dan kalau sempet olahraga ringan. Pada kenyataannya, kadang Keira ikut
bangun kalau aku bangun pagi-pagi buta, nah kalau udah gini biasanya buyar sih
acara me time paginya. Palingan cuma bisa renungan pagi doang.
Semenjak Keira sekolah aku lumayan punya waktu ekstra
buat sekedar balesin komentar, cek email, nonton atau baca buku. Lumayanlah ya
1,5 jam sambil nunggu Keira. Meskipun juga pada kenyataannya, dari 1.5 jam itu
paling 30 menit doang yang efektif buat baca buku atau balesin pertanyaan dari
netijen, karena endingnya tetep ngobrol sama sesama ibu-ibu yang nungguin
anaknya. Hey, tapi kan kita memang makhluk sosial kan? Kadang ngobrol sama
manusia lain itu juga bisa melepas pedih penat pikiran sih.
So, buat yang mau me time memang sebaiknya beneran di
sediakan waktunya, apakah itu pagi, siang atau malam saat anaknya kondusif.
Apakah itu mau setengah jam apa mau dua jam. Karena kalau nggak kita
“paksakan”, susah sih memang dapat waktunya.
3.
Realistis alias nggak usah ketinggian
ekpektasi.
Realistis di sini mencakup dua hal : realistis soal
pekerjaan rumah dan soal me time. Realistis soal pekerjaan rumah maksudnya,
yah… kita nggak harus terlalu perfeksionis banget, kadang ada baiknya juga kita
sedikit santuy. Misalnya gini, sudah waktunya ibu me time karena anak baru
tidur siang. Eh tapiiii kok itu cucian piring numpuk yaaaa~ Ya sudahlah ya,
nggak usah berkepektasi terlalu tinggi rumah harus super rapi dan bersih baru
kita deserve buat me time. Abaikan dulu tuh cucian piring, bikin the dulu,
duduk manis relaks dulu, recharge energy baru deh kerjain cuciannya. Daripada
ya, kita cuci piring duluan, eh habis itu anaknya bangun. Huahahahah bye bye me
time.
Realistis yang ledua adalah soal me timenya, nggak
usah terlalu muluk-muluk harus sekian jam setiap hari, harus spa atau menicure
pedicure, creambath, baca buku sekian bab. Ya kalau anaknya memang baru rewel
dan kita cuma punya waktu 30 menit ya lakukan saja apa yang sekiranya bisa
bikin kita happy meski cuma dilakukan dalam waktu sebentar : misalnya nonton
video pendek yang lucu, chat sama teman, scrolling online shop (lalu minta
dicheckoutin suami) atau sekedar bikin/order kopi favorit. Sometimes its not
about quantity, its abaout quality. Ingat ya, kadang ekpektasi berlebih itulah
yang malah bikin kita bersedih.
To be honest
aku sendiri masih belum dalam kondisi stabil soal me time ini, kadang iya
kadang enggak, kadang inget kadang lupa. Namun 3 hal diatas lumayan membantuku
untuk punya sedikit waktu buat diri sendiri. Relationship dengan suami dan anak
pun semakin membaik, aku sendiri sudah tidak begitu merasa stress atau tertekan
lagi. Yah memang segala sesuatunya kadang harus seimbang, kita tidak bisa sibuk
mencintai dan memperhatikan orang lain lalu lantas abai pada diri sendiri.
Semoga kalian juga bisa menemukan waktu dan cara untuk berterima kasih pada
diri atas kerja karas yang sudah dilakukan ya.
(Butuh ide me time? baca juga : Me time singkat ala ibu rumah tangga yang ditulis oleh mbak Ella-Nyonya malas ya!)
0 komentar:
Post a Comment
Feel free to ask anything, leave your comment. No SARA please :)